Kamis, 22 Januari 2015

BELAJAR SEMAPHORE



Nah anak-anak kalau anda mau belajar semboyan semaphore di Kepramukaan silahkan lihat gambar di bawah



Selasa, 20 Januari 2015

PERMAINAN PRAMUKA PENGGALANG


TANDA JEJAK PADA PRAMUKA



MACAM-MACAM SIMPUL-TALI PRAMUKA




NAMA-NAMA SIMPUL dan TALI TEMALI : (tali = nama bendanya, simpul = nama ikatannya)
1.       Simpul mati = menyambung 2 tali sama besar kering/tali rami
2.       Simpul hidup = sambungan yang mudah dilepas
3.       Simpul pangkal = simpul yang mengawali ikatan
4.       Simpul jangkar = mengikatkan tali pada benda bentuk ring/bulat
5.       Simpul anyam tunggal = menyambung 2 tali tidak sama besar berselisih sedikit lebih besar
6.       Simpul anyam ganda = menyambung 2 tali berbeda ukuran besar sekali
7.       Simpul turki = ikatan untuk membuat ring setangan leher / suh sapu lidi
8.       Simpul kursi = ikatan menolong mengangkat orang dari tebing / ikatan ayun-ayunan
9.       Simpul tiang tunggal = mengikat binatang agar tidak terjerat / binatang kecil
10.   Simpul tiang ganda = mengikat binatang besar
11.   Simpul kembar = menyambung 2 tali sama besar licin/plastik
12.   Simpul rantai = merapihkan sisa tali / memendekan tali / hiasan tali
13.   Simpul erat = memendekan tali
14.   Simpul ujung tali = mengikat tali di ujung tonggak/tongkat / mengikat pancing
15.   Simpul tarik = mengikat benda agar mudah dilepas
16.   Simpul penarik = mengikat benda dengan ikatan lebih kuat
17.   Simpul troat / simpul pancing = mengikat pancing
18.   Simpul topi/hidup setengah
19.   Simpul laso/jerat = ikatan untuk menjerat
20.   Simpul tambat = ikatan tali pada benda besar/balok
21.   Ikatan palang = ikatan menggabungkan dua tongkat bersilang
22.   Ikatan canggah = ikatan menyambung tongkat
23.   Ikatan kaki tiga = ikatan membuat kaki tiga/menara
24.   Ikatan silang = ikatan pada tongkat posisi silang
25.   Ikatan tangga darurat = membuat tangga dengan tali dan bambu












 






















Minggu, 18 Januari 2015

KENAPA HANYA MENONTON LATIHAN PRAMUKA ?




PEMBINA MAHIR MENONTON PRAMUKA

                Konon menurut cerita sejarah yang bisa kita lihat saat terbentuknya kepanduan di dunia yang dibawa oleh Bapak Pandu Dunia Baden Powell, Pramuka dunia itu disebut scot boys. Yaitu istilah yang diambil dari ejaan kalimat “anak serigala”, yang seolah anak-anak yang kemudian menjadi pramuka itu merupakan sebuah fenomena ke-liaran dan kelincahan anak-anak serigala, yang memang merupakan seekor binatang yang liar, lincah, cerdik dan juga “buas”.  Namun demikian Boden Powel bukannya mengaplikasikan kepanduan itu menjadi sebuah alat pendidikan yang meniru tingkah lakunya se-ekor anak serigala, namun kalau kita eja-wantahkan kedalam pola proses mendidik dan melatih,  Boden Powel membuat sebuat penghayalan nyata agar kepanduan yang di kemudian hari menjadi sebuah alat pendidikan generasi saat ini seolah-olah harus melihat, sebenarnya bagaimanakah tingkah kegiatan yang dilakukan dalam kepanduan.
                Pertanyaannya adalah bagaimana seorang Pembina dapat mengaplikasikan hasil pelatihannya dalam banyak bentuk pelatihan Pramuka, yang akan diterapkan dalam latihan-latihan sebenarnya. Haruskah dia membina, melatih dan membentuk peserta didik pramuka seperti lincahna, lucunya atau cerdiknya seekor serigala ?.
                Kegiatan Kepramukaan yang kemudian dalam perkembangannya ternyata pemerintah menerapkan dalam kurikulum pendidikan tahun 2013 sebagai implementasi pendidikan budi pekerti dan moral peserta didik, ternyata banyak para guru dan pendidik dibuat “pusing”.  Banyak para guru yang masih buta sama sekali dengan kepramukaan.   Bagaimana dan apa sebenarnya pramuka itu ?.   Yang pada akhirnya banyak dari mereka berbondong-bondong untuk dapat menjadi Pembina pramuka.  Ada yang serentak mengikuti Kursus yang diselenggarakan Kwartir Gerakan Pramuka di tingkat Kecamatan, dan ada pula yang memanggil para pelatih Pembina dari Kwartir Gerakan Pramuka di Tingkat Kabupaten (Kwarcab).  Mereka sebagian besar mengambil kursus awal menjadi Pembina Pramuka  Yaitu Kursus Mahir Dasar (KMD).
                Dalam kursus itu para guru atau pendidik mendapat pembimbingan dan pelatihan, apa dan bagaimana menjadi Pembina Pramuka.  Mereka akan mendapat pengetahuan tentang kepramukaan dengan banyak segi, bagaimana dan bagaimana seterusnya membina pramuka itu.
                Namun penulis melihat dan mengamati dari banyak sekolah baik di jajaran sekolah SD, SMP maupun SMA/SMK, pelatihan pramuka yang dilaksanakan di sana seolah hanya “itu-itu saja”. Kenapa ?. Pelatihan Pramuka hanya terlihat saat upacara pembukaan latihan dilaksanakan.  Pembina memanggil-manggil dengan tidak bosan-bosanya untuk mengumpulkan peserta didiknya. Ada yang berkumpul dan berbaris membentuk lingkaran, membentuk huruf “U” atau angkare, ada yang berbanjar dan bersaf-saf, kemudian dilanjutkan dengan upacara menurut tingkatanya.  Selanjutnya terlihat selesainya upacara ditandai dengan bertaburnya para anggota pramuka itu diberbagai penjuru tempat. Ada yang di pojok lapangan, di pojok kelas, di dalam kelas dan bergerombol-gerombol membentuk komunitas sendiri-sendiri.  Yang ada dalam benak penulis setelah upacara itu mestinya dilanjutkan dengan berbagai bentuk banyak kegiatan kepramukaan seperti yang terlihat dalam adegan-adegan kegiatan pramuka yang bisa kita lihat di Youtube misalnya. Disana terlihat wuah, rame, lincah gembira dan tangkas. Anak-anak pramuka berlomba dengan hentakan-hentakan, kekompakan regu yang semangat, menarik dan menggemaskan.  Tapi dari pengamatan yang penulis lakukan, banyak diantaranya setelah upacara pembukaan itu berlangsung kemudian dilanjutkan hanya berkumpul-kumpul untuk meng-absen kehadiran latihan, memberikan petunjuk-petunjuk atau perintah atau iuran.  Terus latihannya apa ? dan materinya kok, tidak kaya di video youtube.
                Di hampir sebagian besar gugus depan disekolah, pelatihan diwarnai oleh suasana “Pembina nonton latihan Pramuka”.   Terus yang membina Pramuka siapa ?.  Yang membina umumnya para pembantu Pembina dari luar sekolah yang bersangkutan.  Ada yang dari penegak SMA, ada yang dari alumni sekolahnya dahulu, ada pula yang melatih dari kakak kelas tertuaya di sekolah itu.  Jadinya … bapak ibu guru yang  mestinya membina itu lebih banyak menjadi pemirsa dan menonton siswanya berlatih Pramuka.  Fenomena ini sudah berlangsung dari dulunya dulu.  Dan yang paling menghawatirkan adanya kondisi ini adalah, siswa menjadi bosan dalam berlatih, kegiatan berlatih Pramuka semata-mata karena kesegannanya dia di-absen tidak hadir dalam kegiatan latihan oleh gurunya. Dan terus hasilnya apa yang dapat ia peroleh dari latihan itu ?
                Pada kurikulum pendidikan 2013, Kepramukaan wajib menjadi keharusan untuk diikuti oleh seluruh siswa yang tadinya pramuka hanya salah satu kegiatan ekstra kurikuler pada sore hari yang dilakukan sekolah sebagai salah satu pilihan siswa untuk mengambil kegiatan ekstranya. Di kurikulum 2013 ini keharusan siswa aktif dalam kepramukaan menjadi sebuah beban yang cukup merepotkan bagi para guru dan pendidik.  Yang dulunya guru hanya mengajar dengan beban jam mengajar yang ditetapkan sesuai profesi pendidiknya. Namun sekarang harus ditambah wajib menjadi Pembina pramuka di sore hari dan wajib datang dalam setiap latihan di sore harinya.   Faktor inilah yang dimungkinkan menjadi penyebab mengapa latihan Pramuka yang dilakukan hanya itu-itu saja.
                Dari beberapa latar belakang di atas, barangkali penulis dapat sedikit memberikan wacana, apa dan bagimana sebaiknya kegiatan kepramukaan itu dapat berlangsung.
  1. Kegiatan kepramukaan ekstra di sekolah menurut pendapat penulis, seharusnya merupakan  atraksi memamerkan kepiawaian seorang Pembina dan mengkondisikan kegiatan pramuka dalam sebuah spekulan kegiatan, yang harus bagaimana kegiatan pramuka bagi peserta didik itu menjadi kegiatan yang menyenangkan, tidak membosankan dan menarik untuk diikuti.   Karena kita harus pula merasakan bagaimana anak-anak itu telah datang di sekolah dipagi hari untuk belajar, memeras tenaga dan otaknya untuk mengikuti kehendak guru dan banyak aturan dan tata tertib kemudian disuruh datang lagi ke sekolah di sore harinya untuk latihan pramuka.  Mereka sebenarnya capai, malas, jera dan jeri mendapat kegiatan belajar di pagi harinya, sehingga mereka datang berlatih di sore hari seolah hanya terpaksa.  Nah kala dia berlatih kok suasanya membosankan, maka lama-lama latihannya tidak ada yang datang.
  2. Sudah seharusnya,  semestinya para guru yang habis pulang mengikuti Pelatihan Kursus Mahir Pramuka,  memperoleh ilmu dan bekal untuk membina dan melatih siswa di sekolahnya. Bukan sebatas hanya tahu Pramuka itu apa dan bagaimana dan kemudian memperoleh sertifikat mahir membina.  Terus cara membina dan bekal membinanya bagaimana ?
  3. Para guru sebaiknya jangan mengkondisikan latihan dan kegiatan dalam kepramukaan disamakan dalam perlakuan terhadap siswanya dalam pembelajaran rutinitas di sekolah.  Karena dalam kepramukaan istilah guru dan siswa lebur menjadi kakak dan adik.  Dapatkah kita mengelabui kenyataan bahwa adik-adik kita di kepramukaan sebenarnya adalah siswa kita juga.   Para guru harus dapat berbaur menjadi saudara tua (kakak) terhadap adiknya dalam suasana yang bersahabat seperti dalam keluarga. Bisakah ?
  4. Dan yang tidak kalah pentingya adalah guru harus menguasai materi bahan ajar kegiatan pramuka minimal atraksi spekulasi, seperti bagaimana memeriahkan suasana latihan, bagaimana mengkondisikan situasi menggerakan banyak massa (perintah-perintah pengendalian masa/banyak personal) dan bagaimana bisa menjadi pusat perhatian pengendali kegiatan.  Materi kegiatan Pramuka di lapangan langsung; sepengetahuan penulis dari dulu masih berkisar tentang permainan game, permainan tepuk, semaphore, morse, sandi, teknik kepramukaan, tali temali, pioneering, permainan tongkat, baris berbaris dan kegiatan keluar lokasi sekolah di alam terbuka.  Andaikan itu dipersiapkan untuk tujuan sebuah lombapun, kelihatannya materi masih berkisar seputaran kegiatan di atas.
  5. Andaikan/seupama seorang guru yang akan terjung langsung dalam latihan kepramukaan, hanya berbekal hafal semaphore A sampai Z saja misalnya,  dia dipastikan sudah “PD” menjadi Pembina. Bekal yang lain tinggal mencontoh atraksi teman guru yang lain, dan dia cukup menguasai semaphore itu saja atau yang lainnya.  Sementara guru yang lain supaya menghapal  sandi atau isyarat morse saja atau tali temali saja.  Kemudian saat latihan akan berlangsung sesuaikan dengan jadwal latihan.  Ditetapkan saja materi latihan pada saat itu yang akan dikomando oleh guru yang hafal satu materi di atas. Maka suasana sehari latihan akan terkendali dan siswa kita tidak menjadi bosan, karena setiap berlatih suasananya selalu berubah dengan materi kegiatan yang selalu berbeda di setiap minggunya.
Nah, dengan demikian setitik wacana ini barangkali bisa menjadi sebuah renungan atau sebuah himbauan bagi para pemerhati pramuka khususnya, kakak-kakak para Pembina dan para pelatih di tingkat kwartir pada umumnya,  sebaiknya bagaimanakah menyiapkan para Pembina Pramuka yang akan terjun ke lapangan ini di beri bekal membina, agar tidak terlihat menjadi Pembina mahir menonton latihan saja.

                                                                                                 Alfa romeo india eko sera
                                                                                                 Cilacap, 15-01-15